Sabtu, 04 Januari 2014

Kutbah jum`at

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Khatib mewasiatkan diri khatib pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya derajat takwa dicapai dengan mengamalkan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Semakin banyak seseorang melakukan amalan ketaatan dan menjauhi seluruh larangan Allah, maka semakin bertakwa orang tersebut. Dan orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah, mengamalkan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya adalah Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
أَمَا وَاللهِ إِنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ
“Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah hamba yang paling bertakwa di antara kalian dan yang paling takut kepada-Nya.” (HR. Muslim no. 1108)

Oleh karena beliau adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah, maka tidak ada satu pun amalan yang mendekatkan kepada Allah, yang memasukkan ke surga, dan menjauhkan dari neraka, kecuali telah beliau amalkan, dan telah beliau ajarkan kepada umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang beramal (dalam agama) dengan sesuatu yang tidak bersumber dari perintah kami, maka dia tertolak.” (HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan orang-orang yang melakukan suatu ibadah yang tidak pernah beliau lakukan dengan sabdanya,
وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّار
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang baru dalam agama, dan setiap yang baru dalam agama adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan, dan kesesatan tempatnya di neraka.”
Semoga Allah Subhanahu wa Taala mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Kita hidup di zaman modern, zaman dengan teknologi yang begitu canggih, zaman dimana segala sesuatu terlihat begitu mudah dan begitu praktis. Namun di zaman modern ini masih ada sifat-sifat jahiliyah yang hidup di hati masyarakat modern. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah)”. Lalu beliau bersabda, “Orang yang meratapi mayit, apabila ia wafat sebelum bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim no. 934).
Hadis ini menunjukkan masih ada sifat-sifat jahiliyah yang sulit dihilangkan masyarakat modern pada saat ini, walaupun tidak boleh kita katakan, ini adalah zaman jahiliyyah modern. Zaman jahiliyyah telah berlalu dengan datangnya cahaya Islam, hanya saja sifat-sifat jahiliyah yang masih ada.
Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Di antara sifat-sifat jahiliyah yang masih sering kita temui di masyarakat kita adalah tathayyur atau dalam bahasa kita disebut dengan anggapan sial. Tathayyur berasal dari kata tha-ir yang artinya burung. Mengapa demikian? Dahulu, orang Arab jahiliyah apabila hendak melakukan perjalanan, baik perjalanan dagang atau perjalanan bersafar secara umum, mereka melihat pergerakan burung. Apabila ada burung (mungkin burung tertentu) terbang ke arah kanan, maka itu sebagai pertanda baik atau tidak akan tertimpa bahaya, mereka pun melanjutkan perjalanan. Namun apabila ada burung terbang ke arah kiri, mereka tidak jadi bersafar, karena itu akan terjadi tanda buruk atau kesialan.
Beranggapan sial atau tathayyur termasuk akidah jahiliyah. Bahkan sudah ada di masa sebelum Islam. Lihatlah bagaimana Firaun beranggapan sial pada Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya. Ketika datang bencana mereka katakan itu gara-gara Musa. Namun ketika datang berbagai kebaikan, mereka katakan itu karena usaha kami sendiri, tanpa menyebut kenikmatan tersebut berasal dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131).
Di lingkungan kita masyarakat Indonesia, anggapan sial itu pun merebak di masyarakat. Mulai dari bunyi tokek, kalau tokek bunyinya ganjil, maka akan terjadi demikian-demikian, kalau bunyinya genap, maka akan terjadi demikian. Seseorang yang kejatuhan cicak, maka dia akan merasa cemas, musibah apa yang akan dia dapatkan pada hari ini, ia pun lantas mengurungkan niat untuk berpergian, membatalkan janji dan sebagainya. Ada juga yang mendengar burung gagak, berkeyakinan akan mendapatkan kesialan atau bahkan kematian. Yang lain berkeyakinan bahwa angka tiga belas adalah angka sial, sampai-sampai maskapai penerbangan tidak ada yang memuat tempat duduk bernomor 13 untuk maskapai mereka, karena takut sial dan celaka. Ini semua adalah perbuatan syirik yang harus kita jauhi. Ini adalah kebiasaan masyarakat jahiliyah, yang mengaitkan sesuatu bukan dengan sebabnya.
Masalah yang lebih besar adalah pemilihan tanggal dan bulan pernikahan, seseorang bisa menunda pernikahan bahkan pernikahan bisa gagal karena berdebat menentukan tanggal pernikahan. Ada yang mengatakan, kalau menikah di bulan Syawal maka rumah tangga tidak langgeng, banyak terjadi cekcok dan sebagainya. Orang-orang pun menghindari bulan Syawal dengan keyakinan demikian.
Di masyarakat kita juga ada keyakinan apabila menabrak kucing, walaupun tidak sengaja, akan mendapatkan musibah, tanda-tanda keburukan yang layak untuk dikhawatirkan. Ini semua adalah kebiasaan masyarakat jahiliyah, yang menganggap sial dengan kejadian-kejadian tertentu.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Hal-hal tersebut di atas adalah bentuk kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita menafikan bahwa Allah lah yang memberikan manfaat dan mampu memberi bahaya atau mudharat kepada seorang hamba. Manfaat tidak akan diperoleh dan bahaya tidak akan didapatkan kecuali atas takdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan dengan perantara-perantara hewan atau tanggal-tanggal tertentu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sahabat Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil,
وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh makhluk (di langit dan di bumi), mereka berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat untukmu, niscaya mereka tidak dapat memberikan manfaat untukmu kecuali apa yang Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mendatangkan bahaya untukmu, niscaya mereka tidak dapat mendatangkan suatu pun bahaya untukmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena (penulis takdir) telah diangkat dan catatan (takdir) telah mengering.” (HR. Tirmizi, no. 2516, dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih Tirmizi).
Hadirin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah.
Perbuatan menganggap sial ini, meskipun dianggap ringan oleh sebagian orang, namun perbuatan ini besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana tidak, perbuatan ini adalah perbuatan syirik, artinya seorang hamba menzalimi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud, ia bertanya pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-,
أَىُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ « أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ »
“Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” “Engkau membuat sekutu bagi Allah padahal Dia telah menciptakanmu”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 4477 dan Muslim no. 86).
Oleh karena itu jamaah sekalian, hendaknya kita tidak meremehkan hal ini. Kita jauhi hal ini dan kita beritahukan kepada saudara-saudara kita yang masih mengamalkannya dan memiliki keyakinan-keyakinan demikian.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah Kedua:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Setelah kita mengetahui bahwasanya anggapan sial yang beredar di masyarakat kita dengan berbagai macamnya adalah perbuatan dosa, dan hal itu bukanlah dosa yang ringan, tapi perbuatan dosa yang palign besar, lalu bagaimana cara kita menanamkan keyakinan kepada diri kita bahwa tidak ada sial dalam Islam, menanamkan pada jiwa kita bahwa Allah-lah satu-satunya yang mampu memberi manfaat dan menolak bahaya, caranya adalah dengan bertawakkal kepada Allah.
Anggapan sial mengurangi tauhid seorang muslim dan dinilai syirik. Penilaian syirik ini dilihat dari beberapa sisi: (1) bergantung pada sesuatu yang bukan sebab secara hakiki, (2) memutuskan suatu kejadian seakan-akan menentang takdir Allah, dan (3) mengurangi tauhid. Untuk menghilangkan persangkaan sial di sini hanyalah dengan tawakkal. Karena tawakkal terdapat ketergantungan hati pada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal”.
Ingatlah pelajaran dari firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).
Jangan menuduh kesialan itu pada tanggal, hari, angka, bulan, tempat atau nama anak. Buang jauh-jauh anggapan sial dan ganti dengan tawakkal pada Allah Ta’ala.  Ketika mendapatkan hal yang tidak mengenakkan, ucapkanlah:
اللَّهُمَّ لاَ يَأْتِى بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
[Allahumma laa ya’ti bilhasanaati illa anta. Wa yadfa’us sayyi-ati illa anta. Wa laa hawla wa laa quwwata illa bik] “Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali engkau. Tidak ada yang dapat menolak bahaya kecuali engkau. Tidak ada daya dan upaya melainkan denganmu.”
Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua, bagi khatib dan jamaah sekalian. Hendaknya kita memperingatkan saudara-saudara kita sesama muslim tentang bahaya anggapan sial ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar